Awal
mula saya mengenal “dia”, ketika saya berada di bangku kelas 2 sekolah menengah
pertama(th 2009) . Dulu, waktu kelas 1 saya malah benci banget. “dia” itu
nyebelin, benda nyemplung air doang mah dihitung. Nah paling nyebelin tuh pas
materi ‘pemuaian’ , entah karena gurunya yang terlalu rumit ngejelasinnya, atau
karena saya yang tak begitu cepat untuk menangkap maksud guru saya, atau emang
karena “dia” nya yang terlalu sulit. Entahlah, tanyakan saja pada rumput yang
bergoyang.. hahaha xD. Back to story, nah pas di kelas 2 , guru yang ngajar
“dia” itu beda. Menurut saya, beliau itu memiliki metode mengajar yang tidak
terlalu rumit, alhasil saya mulai saat itu jadi cintrongg sama “dia”. Saya
masih ingat dulu, sistem belajar di sekolah saya memakai “LKS”. Di LKS itu
banyak latihan-latihan soal dan materi. Saya masih ingat betapa lecetnya LKS
saya,, hahaha entahlah karena sering dibuka atau karena saya jadikan bantal
untuk tidur saya xD.
Ini
“LKS” yang saya maksud
Cerita
jatuh cinta saya berlanjut ketika saya berada di kelas 3, saya makin cintrong..
karena segala keunikan, keribetan, kejlimetan yang “dia” miliki. Saya makin jatuh
cinta dengan segala “pesona’ yang “dia” miliki. Saya terus bersama”nya” untuk
mempersiapkan ujian akhir nasioanal. Cerita jatuh cinta saya ini berlanjut
ketika saya berada di bangku SMA. Pada waktu kelas 1 SMA, saya memiliki guru
yang super duper ajaib. Dulu, saya masih ingat saya pernah dilempar kapur,
sepatu, ahh banyak pokoknya. Guru saya
mah kalau nulis rumus bisa sampe 1 papan tulis penuh, dan hebatnya lagi beliau
menciptakan rumus dari rumus yang ada, hebat bukan. Dan hebatnya lagi seluruh
isi kelas saya dan kelas yang lain tak ada yang bisa menggunakan rumus-rumus
ciptaan beliau dalam mengerjakan soal-soal yang beliau berikan, prook prook.
Lain
kelas, lain pula guru yang mengajar. Pada waktu kelas 2 SMA, saya diajari oleh
seorang guru yang sangat jenius tapi tidak bisa menulari kejeniusannya kepada
murid-muridnya, hahahaha . Beliau untuk ukuran seorang guru sangatlah pintar,
mungkin lebih pantas beliau menjadi seorang ilmuwan ..huee :3 . Jika pada kelas
1 SMA guru yang mengajar “dia” adalah guru yang sangat aktif, pada kelas 2 SMA
guru yang mengajar “dia” adalah guru yang sangat pendiam , sungguh pribadi yang
bertolak belakang. Walaupun guru yang mengajar “dia” selalu berganti-ganti, hal
tersebut tidak membuat rasa cinta saya kepada”nya” berkurang.
Nah,
baru ketika saya berada di bangku kelas 3 SMA, saya menemukan guru yang memang selayaknya
“guru” :D :v . Beliau sungguh telaten mengajar semua materi, dan hebatnya lagi
beliau selalu menciptakan terobosan hapalan rumus yang unik , dan saya selalu
menyukainya . Hingga kini Allah memberi kepercayaan kepada saya untuk menjadi
mahasiswa “dia” di sebuah perguruan tinggi negeri di surabaya . Sungguh hadiah
yang tak ternilai harganya,,
Iseng
waktu ngerjain PR “dia”, malah asyik jepret ini .
Created by : Khusnul Khotimah
08-08-2014
2 Komentar
"dia" ada di kehidupan sehari-hari kita dan gak akan pernah terlepas :D
BalasHapus"dia" yang menjadi dasar atas apa yang terjadi dalam kehidupan ini , :D
BalasHapusPosting Komentar