Entah kenapa, aku merasa kisah ini harus aku bagikan kepada khalayak. Kisah ini perlu diketahui oleh banyak orang bagiku. Ah, aku yang mendengar cerita lewat telepon dari ibu sore hari tadi cukup haru biru mendengarnya. Mari membaca sebuah kisah tentang kehebatan do'a seorang ibu untuk anak gadisnya sehingga Tuhan gariskan takdir mereka tetap bertemu di dunia ini. Ah, dramatis banget ya bahasaku?, ah mungkin kalian akan merasakan hal yang sama selepas membaca kisah ini. Sebelumnya, ini kisah aku dapat dari ibu, lalu aku kembangkan menggunakan gaya bahasaku sendiri. Dikarenakan cerita ini tidak aku dapat dari pihak pertama, kiranya mungkin akan banyak hal yang kurang lengkap dikarenakan informasi yang ku dapatkan hanya sepotong, dan kurang lengkap. Namun, akan ku coba menuliskannya, dan semoga inti dari cerita ini tetap bisa tersampaikan.
So, let's read the story...
Aku mengetahui sosok wanita tegar itu. Aku kerap menjumpainya ketika dulu pada waktu kecil bermain ke rumah nenekku. Ah iya, aku juga sering bertemu dengan beliau tatkala aku ikut ibuk dalam acara pengajian rutin pada hari senin. Sebutlah wanita tegar itu dengan nama Ibu M.
Awalnya tidak ada yang istimewa bagiku kala itu. Seorang ibu di sebuah desa pinggiran, yang membantu menyambung kehidupan keluarga sebagai buruh tani. Namun, semua berbeda ketika kala itu ibuku bercerita kepadaku,
"Ibu M ini nduk memiliki anak gadis yang jadi TKW di Arab Saudi. Puluhan tahun tidak ada kabarnya sama sekali. Entah dia masih hidup, ataupun sudah meninggal tidak ada kabarnya sama sekali.."
Usiaku masih terbilang sangat kecil ketika mendapat cerita tersebut. Berapa ya? sepertinya kurang dari usia 10 tahun. Dulu, aku hanya bisa manggut-manggut mengiyakan apa yang dibilang ibu. Mengiyakan asumsi-asumsi yang dibangun tetangga sekitar yang mengira si anak gadis dari Ibu M ini memang benar-benar telah melupakan orang tuanya, sehingga tak memberi kabar sedikitpun pada mereka. Sempat mengira, si anak gadis ini telah bahagia membina rumah tangga dengan warga arab sana. Ah, mulut dan sangkaan netijen itu emang pedas juga bung. Tapi ya, tidak salah juga sih berasumsi demikian, karena ketidaktahuan sehingga muncullah beragam asumsi tersebut.
Sebelumnya perlu aku jelaskan dulu, di desaku atau lebih tepatnya di kecamatan tempat tinggalku yaitu sekitaran kecamatan Gondanglegi dan Pagelaran. atau Malang Selatan lah pokoknya. Sangat sering dijumpai buruh TKI wabil khusus adalah TKW ke luar negeri. Jangan dibayangkan menjadi tenaga ahli ya?. Tingkat pendidikan di desa aku sangatlah rendah. Coba hitung remaja yang bisa lulus dari tingkat sekolah menengah atas, ah masih jarang. Apalagi lulus dari pendidikan tinggi. Beh.. bisa nih dihitung pake jari dengan satu tangan. Makanya, sudah bisa ditebak bukan menjadi buruh dalam tulisan yang ku maksud ini adalah buruh pekerja kasar alias asisten rumah tangga bagi perempuan.
Aku mengamati ritme dan pola yang ada di sekitar tempat tinggalku. Anak gadis berangkat ke luar negeri dengan harapan bisa menjadi solusi atas keuangan keluarga yang kurang memadai. Yah.. itulah pola yang aku lihat selama ini. Cukup banyak emang yang berhasil menerapkan pola ini. Ah, tapi tak sedikit juga yang kurang bejo menerapkan pola ini.
Ibu M salah satu contoh nyata ketidakbejoan akan pola ini. Anak gadisnya menghilang tanpa kabar puluhan tahun lalu. Masayarakat desa dengan awamnya informasi dan saking tidak tahunya harus melapor atau mengadu kemana. Mencoba memendam rindu untuk berjumpa ah, kabarpun tak ada. Ia menyimpan sendirian.
Kehidupan harus tetap berlanjut bukan, apapun yang terjadi. Karena, masih ada sanak keluarga lain yang harus ia perjuangkan. Ibu M memiliki anak lain yang berjenis kelamin laki-laki. Namun, anak laki-laki nya ini mengidap kelainan autisme. Aku masih ingat kala diriku masih kecil, aku sering berlarian menghindar darinya, haha. Jadi, ia harus tetap berpura-pura tegar di hadapan orang. Berpura-pura bersikap baik-baik saja walau puluhan tahun menyimpan rindu. Eh kali ini aku setuju kata Dilan sih, Rindu itu emang berat. Terlebih rindu seorang ibu kepada buah hatinya, ah iya sungguh berat.
Ada yang berbeda di hari itu,
Sabtu 7 September 2019, anak gadis yang selama ini ia rindukan akhirnya pulang.
21 tahun rindu itu terbayar lunas sudah,
21 tahun kehilangan kabar darinya, terbayar tanpa kredit dan bunga,
21 tahun berita simpang siur akan masih hidup atau sudah mati akan anak gadisnya ini, hilang dan lenyap, tergantikan kabar bahagia..
Akhirnya Anak Gadisku Pulang,..
Anak gadis yang sedari usia 14 tahun mengadu nasib ke negeri tempat Al-Qur'an diturunkan, akhirnya pulang dengan selamat. Walaupun kiranya anak gadis itu sekarang sudah menjadi wanita dewasa, 14 tahun + 21 tahun = 35 tahun usia anak gadis itu sekarang. Tak apa, yang penting "Anak gadisku pulang.."
Namun, diantara kabar bahagia itu, akhirnya terungkap selama ini kemana menghilangnya anak gadis ini. Ah, kiranya emang dimanapun manusia berpijak tak menjadi jaminan akan perilaku manusia itu. Dapat memanusiakan manusia ataukah tidak. Atau bahkan yang teramat parah adalah, kembali pada zaman jahiliyah dulu? Perbudakan masih dilestarikan. Ah benar, tidak ada jaminan. Baik atau tidaknya seseorang itu ya tergantung dari pribadi masing-masing. Mau atau tidak menjalankan pedoman hidup dengan sebenar-benarnya.
Anak gadis ini dianggap menjadi anak sendiri oleh majikannya. Kalian tahu kan maksud anak sendiri yang aku maksud?. TIDAK DIGAJI, hanya dikasih makan dan minum selama 21 tahun. Iya kan, mana pernah kita sebagai anak digaji sama orang tua kita? enggak kan.
Anak gadis ini juga diputuskan hubungannya dengan orang tua kandungnya selama 21 tahun. Sek sek.. aku tak menghitung, jadi mbaknya ini sudah lost contact sama keluarganya sejak tahun 1998 lo. Wih..lama juga ya?. Kalau ditanya apakah sanak saudara tidak mencoba meminta bantuan kepada tetangga yang kebetulan kerja di sana?. Sudah bos.. sudah pernah dilakukan berkali-kali. Namun, si anak gadis ini seperti hilang ditelan bumi. Gimana ya? tahun 1998 lalu belum ada teknologi internet atau HP. Lagi dan lagi mungkin karna keterbatasan ilmu, penolong hanya mencari layaknya mencari orang hilang di jalan. Mungkin mereka tidak mengetahui ada Kedutaan besar Indonesia di Arab Saudi sana. Pendidikan itu PENTING !!
Anak gadis itu bisa pulang dengan turun di bandara Soekarno Hatta dari Arab Saudi pada tanggal 5 September 2019. Lalu, ia naik pesawat lagi pada dengan tujuan bandara Abdurrahman Shaleh, Malang. Hingga akhirnya bisa tiba dengan selamat di kediaman ibundanya pada tanggal 9 September 2019. Drama sekali sih, dengan keterbatasan bahasa yang dimiliki anak gadis ini, bersyukur bisa sampai ke rumah yang 21 tahun ia tinggalkan. Wajar sih, 21 tahun tidak menggunakan bahasa ibu pertiwi, sehingga ia hanya bisa menggunakan bahasa arab, iya lah 21 tahun tidak pernah berhubungan dengan orang Indonesia sama sekali.
Ah masak? ada gadget lo sekarang? pasti ada yang berpikiran seperti itu. Gini deh, coba posisikan anda menjadi anak gadis ini. Sejak usia 14 tahun langsung merantau ke negeri antah berantah, pada tahun 1998 yang belum mengenal teknologi. Dan memang, tidak diperkenankan memiliki akses untuk menghubungi atau berupaya untuk keluar dari rumah majikan. Dia cewek men, jangan lupakan itu juga.
Omku iseng ngitungi gaji yang semisal kalau si anak gadis ini digaji oleh majikannya dengan upah paling minimum yaitu 2 jt/bulan dikalikan 21 tahun, sekitar 500 jt lah yang bakalan ia dapat.
Tapi, itu tidak jadi masalah bagi Ibu M,
"Yang penting anak gadisku pulang.."
Ah, aku turut berbahagia buk mendengar kabar anak gadis ibu bisa pulang. Inshaa Allah ketika bulan depan aku pulang kampung, aku ingin jua menengok anak gadis ibu.
Bu, do'a-do'a mu memang melangit dalam waktu yang cukup lama. 21 tahun bukanlah angka yang sedikit, hanya lebih muda satu tahun dari total umurku sekarang. Tapi, apalah arti angka itu sekarang buk, jikalau semua hutang rindu itu sudah bisa terbayarkan lunas dengan tibanya anak gadis ibu.
Selamat berbahagia buk,
Sekarang tak perlu kiranya dirimu memendam rindu pada anak gadismu,
Lebih buk, kau pun sekarang bisa mendekap hangat putri kecilmu yang kini sudah beranjak dewasa itu.
Sekali lagi, selamat menuntaskan rindu yang membuncah selama 7.665 hari,
Selamat buk,
Created : si "Pemendam Rindu" jua, Khusnul
Posting Komentar
Posting Komentar