Memaafkan tidak sama dengan melupakan, kenapa bisa demikian?
Mari kita lihat arti kata memaafkan dan melupakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
memaafkan/me·ma·af·kan/ v memberi ampun atas kesalahan dan sebagainya; tidak menganggap salah dan sebagainya lagi
melupakan/me·lu·pa·kan/ v 1 lupa akan; tidak ingat akan: sekali-kali tidak boleh ~ nasihat orang tua; 2 menjadikan lupa; menghapus dari ingatan: saya harap Saudara dapat ~ perselisihan kita itu; 3 melalaikan; tidak mengindahkan: dia dipecat karena telah ~ kewajibannya;pelanduk ~ jerat, tetapi jerat tak ~ pelanduk, pb orang yang berutang biasanya mudah lupa akan yang berpiutang, sebaliknya yang berpiutang tidak lupa akan orang yang berutang kepadanya
Sumber : https://kbbi.web.id/
Nah, secara makna kata saja sudah berbeda bukan?
Lantas bagaimana ceritanya sebuah kata "maaf" selalu disandingkan dengan kata "lupa".
Mari kita ulas sedikit,
Kehidupan sosial antar sesama manusia tidak akan menutup kemungkinan akan terjadinya persinggungan atau sebuah gesekan antara satu dengan yang lain. Entah itu melukai ego seseorang atau membuat orang kecewa, pastilah ada.
Kemudian, jikalau seseorang telah "berhasil" membuat orang lain itu kecewa atau bahkan melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. Lazimnya memang, seseorang akan meminta maaf kepada yang bersangkutan.
Lalu, yang bersangkutan akan memutuskan "memaafkan atau tidak" atas perbuatan tersebut. Ah iya, hak setiap individu mau memaafkan tidak. Syukur-syukur kalau perbuatanamu dimaafkan sih, kalau tidak ya sudah. Bukankah tugasmu adalah meminta maaf bukan untuk mendikte dia memaafkanmu?
Lantas kenapa bisa disandingkan "memaafkan dan melupakan" ?
Jika, memaafkan saja bukanlah urusanmu, mengapa kau menuntut seseorang tersebut untuk melupakan?
Sudahlah, jangan membuat drama.
"Maafkan aku ya, aku harap kamu bisa melupakan apa yang telah aku perbuat kepadamu. Aku janji tidak akan berbuat seperti itu lagi kepadamu."
Hey......
Tidak seperti itu wahai anak manusia.
KAMU TIDAK PUNYA HAK APAPUN !
Tak cukupkah kau berbuat tidak menyenangkan, lalu kau dengan seenaknya menyuruhnya melupakan perbuatan tidak menyenangkan itu?
Tidak.
Mari bersikap secara benar.
Meminta maaf itu memang tugasmu, sudah TITIK.
Jangan berlanjut untuk yang lain. Oke?
si penyuka nulis random
Khusnul
Posting Komentar
Posting Komentar